Monday, December 04, 2006

Ngobrol Bareng Dalang Edan

Kita pasang disini tulisan Yoko Lilo yg diambil dari milis Eksotika:

Berawal dari sebuah email yang disebarkan di milis Eksotika, para penggemar Dalang Edan, yang tidak lain adalah Sujiwo Tejo atau mas Tejo, terwujudlah acara ‘ngobrol’ bareng. Bertempat di Omah Sendok di kawasan Senopati, acara ini dimulai pada pukul 20.00. Meskipun ngaret satu jam, para penggemar mas Tejo pun tidak menggerutu karena suasana yang dihadirkan penggagas acara ini memang terasa nyaman.

Sebagai pembuka, pembawa acara pun mengajak mas Tejo berbincang-bincang. Bahkan para penggemar diberi kesempatan untuk mengungkapkan kesan dan pengalaman tentang kecintaannya terhadap karya mas Tejo. Tidak ada rasa canggung, yang ada hanyalah suasana kebersamaan.

Mas Tejo dengan gamblang dan apa adanya, menceritakan tentang pengalamannya dalam berkarya, seperti latar belakang lingkungan tempat dia dibesarkan hingga sekelumit membahas tentang infotainment yang kini sedang marak dibicarakan. Secara tidak langsung, mas Tejo juga menjawab beberapa pertanyaan para penonton yang hadir.

Mas Tejo menceritakan tentang lagu-lagunya yang banyak ditulis dalam bahasa Jawa dan bahasa lainnya yang seringkali susah dimengerti. Dengan menekankan bahwa para pendengar musiknya tidak harus mengerti kata-kata yang dipakainya dalam lirik yang penting karyanya dapat dinikmati. Musik adalah satu bentuk ungkapan rasa yang sering kali tidak diwakilkan dengan kata-kata.

Tanpa banyak kata, mas Tejo pun kemudian memulai pertunjukan dengan mengundang teman-teman pengiringnya, diantaranya, Bintang Indrianto, Kiki Dunung, Taufan dan seorang bintang tamu, Vicky Sianipar. Lagu pertama yang dibawakan adalah “Pada Suatu Ketika” yang diambil dari album pertama Sujiwo Tejo.

Racikan aransemen Bintang Indrianto dan kehadiran Vicky Sianipar memberi warna unik. Saking menikmatinya, mas Tejo meminta para pengiringnya untuk mengulang bagian refren lagu tersebut. Penonton pun dibuat terhanyut dengan suara khas sang Dalang Edan. Suasana pun makin hangat ketika lagu kedua (maaf, lupa judulnya), yang sarat dengan lirik “Yaiyoyayo” dibawakan secara menggelitik oleh mas Tejo. Diceritakan oleh mas Tejo bahwa lagu tersebut terinspirasi dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi di Indonesia. Mungkin penggunaan kata “Yaiyoyayo ” sebagai kata kunci dalam lagu ini adalah sebagai representasi segala sesuatu yang tidak bisa diwakilkan dengan kata-kata.

Suasana pun mulai memanas ketika mas Tejo mengajak para penonton bernyanyi bersama. Layaknya dalang yang mengendalikan jalannya cerita, begitu pula mas Tejo membuat perasaan para penonton naik turun. Sebuah lagu yang romantis dan menghanyutkan, “Aku Lala Padamu”
dibawakan dengan begitu manisnya. Lagi-lagi mas Tejo menggunakan kata asing, “Lala” sebagai kata yang mempunyai cakupan lebih luas dan arti yang lebih dalam daripada sebuah kata cinta, rindu ataupun yang lainnya.

Setelah bermain dengan kata “lala”, mas Tejo mengajak dua penyanyi muda, Kenya dan Nala serta Neta untuk membawakan komposisi “Freakin' Crazy You” yang bercerita tentang kondisi yang memprihatinkan dalam kehidupan berkeluarga, seperti komunikasi antar orang tua dan anak yang tidak nyambung. Diceritakan secara gamblang dalam lagu tersebut sang ayah menyuruh sang istri untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya dan sebaliknya. Selesai membawakan komposisi keempat, mas Tejo menggelar lelang kaos putih polos bertuliskan kata-kata karya mas Tejo.

Di lagu kelima, mas Tejo kembali mengajak Neta untuk berkolaborasi dalam lagu “Anyam Anyaman Nyaman”. Sebuah adalah lagu bernuansa romantis tentang pahit manisnya cinta yang terdapat dalam album pertama Sujiwo Tejo.
Setelah menghanyutkan suasana, terdengar hentakan musik, mengawali komposisi “Zen Die”. Sebuah lagu berlirik bahasa Madura. Berbeda dengan lagu-lagu yang telah dibawakan sebelumnya, mas Tejo tidak memberikan clue tentang arti lagu “Zen Die” ini. Pada ending lagu ini, mas Tejo membagikan beberapa rebana kepada empat penonton. Seolah mengajak ber-jam session. Sepertinya lagu tersebut menguras keringat si penyanyi. Sambil membuka kancing bajunya, mas Tejo bertanya kepada salah seorang penonton tentang arti lagu tersebut dan jujur menjawab bahwa ia tidak tahu maksud lagu tersebut. Mas Tejo hanya menjawab bahwa Tuhan memang tidak bisa dimengerti. Apakah itu maksud dari komposisi tersebut? Jawabannya tentu bebas, terserah intepretasi penonton.

Lagu penutup dari pertemuan perdana penggemar Sujiwo Tejo malam itu adalah “Nadyan”. Di akhir lagu, mas Tejo yang juga pecinta teater dan penari, mulai membuka bajunya kemudian duduk bersimpuh sambil menutupi mukanya dengan topeng.
Acara malam itu sungguh bebas dan berkesan. Bebas interpetasi terhadap karya-karya mas Tejo. Bebas ngomong tentang kesan, kekaguman, kecintaan atau mungkin banyak hal lainnya yang tidak sempat terucap tentang sosok mas Tejo. Semoga acara ini bisa ditindaklanjuti.

Salam, YokoLilo



Note: Lagu kedua memang berjudul "Yaiyoyaiyo"



No comments: