Monday, December 04, 2006

Dari Balik Layar KabaretJo

KabaretJo yang direncanakan untuk hadir tiap bulan, menghadapi kondisi kritisnya. Yang pertama, edisi kedua bagi sebuah pertunjukkan merupakan momen yang menentukan, apakah orang akan datang dan menonton terus, atau mereka kecewa dan tidak mau menonton.

Yang kedua, bulan Oktober ini adalah bulan puasa, banyak acara kantor atau acara keluarga yang diselenggarakan di bulan Ramadhan ini. Belum lagi jam tayangnya yang berhimpit dengan jadwal sholat Tarawih.


Namun kalau memikirkan dari "angle" itu nggak akan selesai-selesai kita membahasnya, dan lagi hanya akan menghasilkan keragu-raguan. Oleh karena itu Tim Balik Layar KabaretJo pantang mundur segera menyiapkan pertunjukkan yang kedua di bulan Oktober nanti. Tentunya ada beberapa perubahan yang "harus" dilakukan, karena edisi pertama yang lalu sebetulnya edisi yang penuh dengan tanda tanya bagi tim balik layar.


Pertanyaan seperti format acara, ekspektasi penonton, durasi, jenis becandaan, garis cerita (storyline) dan sebagainya - yang setelah pertunjukkan pertama lalu sebagiannya telah terjawab. Maka, di edisi kedua KabaretJo ini judul edisi, seperti "Ibumu-Ibuku Ibu-Ibu" sudah tidak ada lagi. Biar penonton saja yang memberi judul di hati masing-masing.

Lalu jam tayang kita tetapkan jam 20.00 saja, biar yang kantornya jauh bisa sempat datang tanpa ketinggalan. Bintang tamu tetap akan kita undang, hanya perannya dibuat lebih enak.

Dari semua perubahan dan penyesuaian, pokoknya tim balik layar punya satu tujuan di kepala masing-masing, yaitu bagaimana penonton puas dengan setiap pertunjukkan. Walau kita juga sadar, kepala boleh sama hitam tapi otaknya ada yang coklat, ada yang abu-abu dan ada juga yang ikutan hitam hehehe.....

Sebagaimana bunyi Lirik Theme Song Kabaret Jo :

Pertama s’lamat datang
Yang kedua slamat melongok
Perhelatan gado-gado Ngomong, joged, lagu-lagu Campur
haha hihi Cerita kisah kita bersama
Haha haha suka Hihi hihi sedih Hihihi
lho koq suka Hahaha lho koq sedih
Senangnya… Sedihnya…
Kar’na semua punya haha… hihi…

[Jadi yang pertama selamat datang, yang kedua s'lamat melongok]
...dan Ketiga mohon ampun
Kalau ada klira kliru
Kelirunya omongan hohoho….
Keliru tingkah…
Excuse me....

REFF:
KabaretJo kabar kita all of us
Kabar not from your koran televisi
Nor radio Nor majalah
Nor internet Nor mana jua….

Just really only di sini… di sini…
Di ruang-ruang setiap hati
Setiap yang hadir

RAP:
KabaretJo, ketawa bareng Tejo
Ketawa sendirian itu orang gila
KabaretJo, ketawa bareng Tejo
Ketawa sendirian itu orang gokil
Bareng-bareng YES! Masing-masing NO!
Bareng YES! YES!
Bareng-bareng YES!
Masing-masing NO!
Bareng YES! YES!

Nor mana jua….
Just really only di sini… di sini…
Di ruang-ruang setiap hati...
Setiap yang hadir....

Sebagai penutup tulisan ini, khusus bagi penggemar Mas Tejo (KPST), silakan download lagu theme song tersebut di : http://www.divestory.info/kabaretjo/kabaretjo.mp3

Satu Lagi dari Sujiwo Tejo

Pada tanggal 13 September 2006 lalu, EKI Production kembali menggelar sebuah pertunjukan inovatif yang memadukan musik-lagu, teater dan tari hingga talkshow dalam satu kemasan.


“KabaretJo” (Ketawa Bareng Tejo) adalah nama program tersebut. Dalam durasi tidak kurang dari 90 menit tersebut, KabaretJo menggali dan menyajikan sisi lain Sujiwo Tejo yang diatas panggung berperan sebagai duda beranak satu, yang menjadi anaknya adalah Nala.

Buat Nala, sebelumnya juga menjadi anak Sujiwo Tejo pada pertunjukan musical Battle of Love. Sebagai seorang ayah, Sujiwo Tejo jauh dari otoriter dan galak. Sebaliknya, Nala malah sering iseng kepada Ayahnya, terutama kalau ayahnya sedang mendekati perempuan. “Hubungan orangtua antara saya dan anak saya, dibuat lebih terbuka dan demokratis”, jelas Sujiwo Tejo.


Selain berakting, Sujiwo tejo juga menyanyikan lagu yang sempat dipopulerkan Frank Sinatra, yaitu Fly Me to The Moon. “Saya sangat suka lagu ini, tapi juga takut tiba-tiba di panggung malah lupa liriknya”, kata Sujiwo Tejo di kala persiapan. Untunglah ketika pentas, semua berjalan mulus. Lebih dari 150-an penonton merasa puas,karena pertunjukan malam itu mampu memberikan emosi yang beragam.

“Saya terkesan dengan wawancara dengan Kepala Harian Badan Narkotika Nasional , Komisaris Jendral Togar Sianipar. Terutama ketika ia menyatakan mengenai keponakannya yang ternyata juga terkena Narkoba. Sangat menyentuh”, kata Andy, seorang praktisi Iklan.

Malam itu, selain Komisaris Jendral Togar Sianipar, KabaretJo juga menampilkan Maudy Koesnady, Takako Leen, dan EKI Dance Company. Tantri, seorang penonton setia EKI mengaku sangat senang dengan bagian tari, yang dibawakan oleh Takako.

“Saya dapat merasakan emosi dan benar-benar merasakan indahnya tarian tersebut”, katanya.
Buat Anda yang tidak sempat menyaksikan KabaretJo edisi perdana, jangan bersedih. Karena tanggal 12 Oktober 2006 yang akan datang, KabertJo kembali akan digelar.

So Don’t Miss it !

KabaretJo (Ketawa Bareng Tejo )

Hiburan Komplit ala Sujiwo Tejo Ibarat menu makanan, Kabaret Jo ini pantas disebut sajian hiburan komplit ala Sujiwo Tejo. Selama tidak kurang dari 1(satu) jam rupa-rupa pertunjukan, mulai dari musik, tari hingga teater singkat(fragment) dikemas dengan sangat khas karena dibawakan langsung oleh multitalented artist, Sujiwo Tejo.

Pentas Kabaret Jo ini akan diadakan pada tanggal 13 September 2006, pukul 19.30 wib di Viky Sianipar Music Centre, Jl. Minangkabau Timur No. 43, Jakarta Selatan. Pertunjukan yang bakal digelar tiap bulan ini akan mengeksplorasi semua sisi seorang Sujiwo Tejo yang mungkin selama ini belum tergali dengan maksimal.

”Selama ini mungkin banyak penggemar yang mengenal Sujiwo Tejo sebagai seniman yang serius dan kharismatis. Namun dalam Kabaret Jo, dijamin tampil beda”, kata Aldi,- Manajemen Sujiwo Tejo.

Lakon: IBUMU IBUKU IBU-IBU

Dalam setiap tampilannya, Kabert Jo bakal membawakan sebuah tema yang menjadi benang merah pertunjukan.”Seperti untuk tampilan perdana ini Kabaret Jo bakal mengangkat tema mengenai Ibu.

Sujiwo Tejo akan membawakan lagu, melontarkan sejumlah joke,ngobrol bareng penonton dan bintang tamu hingga fragment singkat yang semua temanya tentang ibu. Bersiaplah untuk tertawa sekaligus terharu”, tambah Aldi lagi.

Pertunjukkan ini semakin semarak karena selain Sujiwo Tejo didukung juga oleh Takako Leen, Nala Amrytha, Maudy Koesnaedy & Viky Sianipar. Jadi, buat Anda penggemar berat Sujiwo Tejo & EKI Dance Company atau yang mau hiburan yang beda dari yang selama ini ada, jangan lewatkan Kabaret Jo, 13 September 2006, di Viky Sianipar Music Centre. (Iwan)


Ngobrol Bareng Dalang Edan

Kita pasang disini tulisan Yoko Lilo yg diambil dari milis Eksotika:

Berawal dari sebuah email yang disebarkan di milis Eksotika, para penggemar Dalang Edan, yang tidak lain adalah Sujiwo Tejo atau mas Tejo, terwujudlah acara ‘ngobrol’ bareng. Bertempat di Omah Sendok di kawasan Senopati, acara ini dimulai pada pukul 20.00. Meskipun ngaret satu jam, para penggemar mas Tejo pun tidak menggerutu karena suasana yang dihadirkan penggagas acara ini memang terasa nyaman.

Sebagai pembuka, pembawa acara pun mengajak mas Tejo berbincang-bincang. Bahkan para penggemar diberi kesempatan untuk mengungkapkan kesan dan pengalaman tentang kecintaannya terhadap karya mas Tejo. Tidak ada rasa canggung, yang ada hanyalah suasana kebersamaan.

Mas Tejo dengan gamblang dan apa adanya, menceritakan tentang pengalamannya dalam berkarya, seperti latar belakang lingkungan tempat dia dibesarkan hingga sekelumit membahas tentang infotainment yang kini sedang marak dibicarakan. Secara tidak langsung, mas Tejo juga menjawab beberapa pertanyaan para penonton yang hadir.

Mas Tejo menceritakan tentang lagu-lagunya yang banyak ditulis dalam bahasa Jawa dan bahasa lainnya yang seringkali susah dimengerti. Dengan menekankan bahwa para pendengar musiknya tidak harus mengerti kata-kata yang dipakainya dalam lirik yang penting karyanya dapat dinikmati. Musik adalah satu bentuk ungkapan rasa yang sering kali tidak diwakilkan dengan kata-kata.

Tanpa banyak kata, mas Tejo pun kemudian memulai pertunjukan dengan mengundang teman-teman pengiringnya, diantaranya, Bintang Indrianto, Kiki Dunung, Taufan dan seorang bintang tamu, Vicky Sianipar. Lagu pertama yang dibawakan adalah “Pada Suatu Ketika” yang diambil dari album pertama Sujiwo Tejo.

Racikan aransemen Bintang Indrianto dan kehadiran Vicky Sianipar memberi warna unik. Saking menikmatinya, mas Tejo meminta para pengiringnya untuk mengulang bagian refren lagu tersebut. Penonton pun dibuat terhanyut dengan suara khas sang Dalang Edan. Suasana pun makin hangat ketika lagu kedua (maaf, lupa judulnya), yang sarat dengan lirik “Yaiyoyayo” dibawakan secara menggelitik oleh mas Tejo. Diceritakan oleh mas Tejo bahwa lagu tersebut terinspirasi dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi di Indonesia. Mungkin penggunaan kata “Yaiyoyayo ” sebagai kata kunci dalam lagu ini adalah sebagai representasi segala sesuatu yang tidak bisa diwakilkan dengan kata-kata.

Suasana pun mulai memanas ketika mas Tejo mengajak para penonton bernyanyi bersama. Layaknya dalang yang mengendalikan jalannya cerita, begitu pula mas Tejo membuat perasaan para penonton naik turun. Sebuah lagu yang romantis dan menghanyutkan, “Aku Lala Padamu”
dibawakan dengan begitu manisnya. Lagi-lagi mas Tejo menggunakan kata asing, “Lala” sebagai kata yang mempunyai cakupan lebih luas dan arti yang lebih dalam daripada sebuah kata cinta, rindu ataupun yang lainnya.

Setelah bermain dengan kata “lala”, mas Tejo mengajak dua penyanyi muda, Kenya dan Nala serta Neta untuk membawakan komposisi “Freakin' Crazy You” yang bercerita tentang kondisi yang memprihatinkan dalam kehidupan berkeluarga, seperti komunikasi antar orang tua dan anak yang tidak nyambung. Diceritakan secara gamblang dalam lagu tersebut sang ayah menyuruh sang istri untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya dan sebaliknya. Selesai membawakan komposisi keempat, mas Tejo menggelar lelang kaos putih polos bertuliskan kata-kata karya mas Tejo.

Di lagu kelima, mas Tejo kembali mengajak Neta untuk berkolaborasi dalam lagu “Anyam Anyaman Nyaman”. Sebuah adalah lagu bernuansa romantis tentang pahit manisnya cinta yang terdapat dalam album pertama Sujiwo Tejo.
Setelah menghanyutkan suasana, terdengar hentakan musik, mengawali komposisi “Zen Die”. Sebuah lagu berlirik bahasa Madura. Berbeda dengan lagu-lagu yang telah dibawakan sebelumnya, mas Tejo tidak memberikan clue tentang arti lagu “Zen Die” ini. Pada ending lagu ini, mas Tejo membagikan beberapa rebana kepada empat penonton. Seolah mengajak ber-jam session. Sepertinya lagu tersebut menguras keringat si penyanyi. Sambil membuka kancing bajunya, mas Tejo bertanya kepada salah seorang penonton tentang arti lagu tersebut dan jujur menjawab bahwa ia tidak tahu maksud lagu tersebut. Mas Tejo hanya menjawab bahwa Tuhan memang tidak bisa dimengerti. Apakah itu maksud dari komposisi tersebut? Jawabannya tentu bebas, terserah intepretasi penonton.

Lagu penutup dari pertemuan perdana penggemar Sujiwo Tejo malam itu adalah “Nadyan”. Di akhir lagu, mas Tejo yang juga pecinta teater dan penari, mulai membuka bajunya kemudian duduk bersimpuh sambil menutupi mukanya dengan topeng.
Acara malam itu sungguh bebas dan berkesan. Bebas interpetasi terhadap karya-karya mas Tejo. Bebas ngomong tentang kesan, kekaguman, kecintaan atau mungkin banyak hal lainnya yang tidak sempat terucap tentang sosok mas Tejo. Semoga acara ini bisa ditindaklanjuti.

Salam, YokoLilo



Note: Lagu kedua memang berjudul "Yaiyoyaiyo"



Saturday, December 02, 2006

Tejo Apa Adanya: Ngobrol dan Bermusik Bersama Sujiwo Tejo

Jumat, 11 Agustus 2006 di Kafe Omah Sendok - Jakarta.

Di akhir tahun 90an, sebuah lagu berjudul "Pada Suatu Ketika" muncul di televisi, sebagian besar publik bertanya-tanya ‘Siapa sih Sujiwo Tejo? Musik apa yang dibawakannya?’. Secara kasar kami membagi publik pada waktu itu menjadi tiga bagian.

Sebagian pertama yang mendengarkan lagu-lagunya dan tidak tertarik, tidak mengerti dan tak ingin mengerti. Sebagian ke dua mendengarkan lagunya dan cukup tertarik, kadang-kadang suka, kadang-kadang tidak. Sebagian lagi terhipnotis oleh liuk-liuk irama yang tidak lazim dan kata-kata yang tidak akrab tapi pada saat yang sama menjadi perkawinan yang menyenangkan di telinga dan nyaman di hati.

How are we supposed to define this sort of music? Sujiwo Tejo menamakan dirinya Pemusik Kata-kata. Kami Kelompok Penggemar Sujiwo Tejo adalah segelintir dari yang terhipnotis dengan karya-karyanya dan dengan kapasitas pribadi masing-masing menyelami irama dan syair-syair Sujiwo Tejo. Mencari tahu tentang yang rahasia, dan memutar lagu-lagunya sampai kali yang tak terhitung.

Ternyata kami tidak hanya bertiga, empat atau tujuh orang, banyak dari kami the kindred spirit (kaum yang “terpanggil”) yang menunggu kesempatan berdialog dari dekat, menyampaikan yang mereka temukan pada bait-bait lagunya, menyimak cerita tentang musik, syair, inspirasi, proses kreasi dan mendengar lagi secara live lagu-lagu Tejo.

Dan untuk itu kami mengundang rekan-rekan semua Kapan dan Dimana? Kafe OMAH SENDOK Jum'at, 11 Agustus 2006 jam 7 malam Jl. Taman Mpu Sendok 45 - Senopati Kebayoran Baru Jakarta Selatan Tempat Terbatas Hanya untuk 200 orang!!!

Siapa cepat dia dapat Acara Sharing - Bermusik - Ngobrol - Ngopi2 - Kongkow2 - Bikin Kelompok Penggemar Sujiwo Tejo (KPST) Semua lagu asyik dari Album Pertama hingga Ketiga ada disini, Bisa sambil makan malam di Kafe Omah Sendok Voucher: Rp 25.000,- ( pengganti snack) .

Pemesanan dan Pembayaran Tiket EKI Production Jl. Padang No. 32 Jakarta Pusat Tel 021-8312377 / 3029 Transfer ke BCA Cab. Kuningan no. Rekening 217-3010729 a/n PT. Eksotika Karmawibhangga Indonesia Lalu fax bukti transfer ke: 021-8314950 Contact person: Tinny 0818 789067.

Sujiwo Tejo Berikan Kelas Akting pada 'Pangeran Katak'

Sujiwo Tejo, sutradara Musikal Freakin' Crazy You dan Drama Musikal Pangeran Katak dan Puteri Impian ini, beberapa waktu lalu kedatangan bintang sinetron masa kini, Baim Wong dan Teuku Zacky.

Mereka berdua tidak datang untuk mengajak Dalang yang juga penulis ini main sinetron. Mereka berdua meminta Sujiwo Tejo untuk menjadi 'Guru' akting buat mereka.

Baim Wong, yang melesat setelah memainkan sinetron berjudul 'Cincin' ini menyatakan, "Saya masuk dunia akting, nyaris tanpa bekal kemampuan akting yang memadai. Oleh karena itu saya merasa perlu belajar dan menambah kemampuan saya dalam berakting sehingga mampu mendukung karier saya". "Selain itu, pengalaman saya selama ditangani mas Tejo dalam Pangeran Katak, saya merasa mas Tejo memiliki banyak teknik yang tidak saya dapatkan di dunia sinetron dan cara ngajarnya enak", tambahnya.

Hal serupa juga diungkapkan Teuku Zacky. Didaulat menjadi guru, Sujiwo Tejo pun tak sanggup menolak. "Saya merasa perlu menularkan variasi teknik akting kepada sesama artis. Jika para aktor dan aktris mainnya bagus, maka yang akan senang adalah masyarakat penonton", katanya.

Friday, December 01, 2006

Sujiwo Tejo Biography

This former journalist decided to change his direction in life totally to the arts in 1998, which was marked by the launching of his first album Pada Suatu Ketika, which received positive reaction from the market.

The concept, words as music, made his album quite phenomenal in the Indonesian music industry. Although his long lyrics were in the Javanese language, it was not only Javanese people who appreciated his album. Indeed, he was considered to be a cross-cultural artist.

Besides being a singer, he is also a traditional wayang puppeteer, a musician, a theatre & film actor, director and an author. In the field of music, he has succeeded to mix traditional and modern music. He blends traditional music with modern instruments, such as his virtuoso playing on the saxophone, harmonica, violin, cello, trumpet, trombone and accordion.

As an actor he has demonstrated his ability of doing various characters in films, television movies, and of course on stage. As an author he has published "Kelakar Madura Buat Gus Dur", "Dalang Edan" and "The Sax".

The term ‘cross-cultural artist’ easily refers to his artistic roaming that starts in the ethnic arts of the past, such as wayang, to the modern arts, such as contemporary music, film or performances.

Giving workshops in acting and puppet mastery is one way for him to pass on his knowledge. As the composer of our musical shows he injects his brilliant ideas into the EKI Dance Company. He also gives acting classes to all our resident dancers.

His artistic achievements have affected not only the national but also the global scene. His discography includes Pada Suatu Ketika (1998) and Pada Sebuah Ranjang (1999), he also composed several musical arrangements for EKI performances, and he finished his next album Syair Dunia Maya (2005).

Some of the EKI’s performances in which he was involved as an actor, singer, director or music composer are: Ken Dedes (1997) Wayang A Capella Lakon Bisma Gugur (1999) Laki-Laki (1999) Orang-Orang Ketiga (2000) Madame Dasima (2001) Forbidden Passion (2002) Gallery of Kisses (2002) China Moon (2003) Lovers and Liars (2004) Battle of Love (2005) Freakin' Crazy You (2006) April 2006.

Start from September 2006 also conduct monthly stage performance called: "KabaretJo" an Indonesian acronym which means "laugh with Tejo".