Wednesday, August 15, 2007

REVIEW KONSER YAIYO (1)

Buat teman2 yang tidak sempat datang menyaksikan aksi Sujiwo Tejo dkk., berikut ini adalah salah satu review Konser YAIYO dari Sujiwo Tejo. Terima kasih mas Fahroni atas perkenannya mengambil review buatan mas. Buat teman2 penggemar Sujiwo Tejo, bolehlah berkunjung ke website mas Fahroni: www.fahroniarifin.com. Asyik website-nya....:)
Kalau ada teman2 lain yang juga bikin review, silakan kasih info ke saya, nanti saya hubungi untuk mempublikasikannya juga di blog ini.


NONTON SUJIWO TEJO LAGI
by Fahroni Arifin
(http://fahroniarifin.com/nonton-sujiwo-tejo-lagi.htm)


Karena kesepian ditinggal ‘liburan’ Fifi & Zidan ke Bandung selama 2 minggu, Sabtu malam saya cari-cari acara. Beruntung ada launching album terbaru Sujiwo Tejo, ‘YAIYO’, di salah satu kafe di Tebet. Sudah lama saya tidak pasang radar atas seniman satu ini meski album pertamanya masih sering saya putar. Perkenalan saya dengan lagu-lagu Sujiwo Tejo dimulai sejak SMA, saat album pertama ‘Pada Suatu Ketika’ keluar. Waktu itu diantara teman main SMA cuma saya pendengar Tejo. Ia memang artis yang pasarnya segmented dan tidak populer dikalangan generasi Pop. Dan padatnya aktifitas saat kuliah mengalihkan pantauan saya atas album-album berikutnya.

Karena tidak mengikuti evolusinya, saya tersentak dengan ekspresi dan eksplorasi Tejo di album terbaru ini. Ia menunjukkan kebebasannya yang liar, hampir seluruh lagu berbalik menentang selera umum. Lewat jalur indie, album terbaru ini diproduksi swadaya dan diedarkan dari mulut ke mulut dengan harga yang hampir BEP, jelas nekat. Ini hiburan untuk kelas bawah jadi harus murah, katanya. Ia tidak kompromi dengan label besar yang biasanya mengatur-atur isi dan nilai sebuah album. Ketika seniman atau artis lain kehilangan jati diri dan idealismenya seiring kesuksesan, Tejo malah bersikap sebaliknya. Awalnya saya pikir ia sudah kaya dari hasil main film atau ngelukisnya sehingga nggak butuh duit dari nyanyi, ternyata nggak juga. Ceplas-ceplos dia bilang masih sulit mendanai tur gerilyanya.

Sangat jauh dengan album pertama yang kontemplatif dengan syair Jawa bermakna dalam -meski beberapa lagu kocak dan nyinyir khasnya Tejo-, ‘YAIYO‘ cenderung emosional dan literal. Semuanya tentang kritik sosial yang dibawakan pedas dan tanpa kalingan (terhalang). Ia bahkan menyebut ada satu lagu yang kalau dinyanyikan Live akan menyebabkan revolusi, akhirnya dalam sesi malam itu lagu tersebut hanya diputarkan rekamannya. Ada-ada saja, tapi itulah Tejo, seniman multi talenta yang berandalan dan membebaskan diri dari ikatan-ikatan.

Mungkin karena tidak dibayangi tuntutan label, album ini digarap dengan sebebas-bebasnya. Bintang Indrianto, bassis ternama yang dipercaya menata aransemen, secara liberal memasukkan bunyi-bunyian dari beragam suasana dan etnis. Diaduk senikmat kopi-karamel-krim-decaf yang saya sruput malam itu. Kabarnya Sujiwo Tejo selaku pemilik album tidak boleh melarang atau mencampuri arahan Bintang. Selain itu terlibat juga Viky Sianipar, musisi muda yang fokus pada musik etnis-kontemporer, menambah keragaman. Hasilnya adalah album yang merdeka baik musik maupun isinya.

Kalau Anda seperti saya yang tidak mengikuti metamorfosa Tejo, akan butuh waktu untuk beradaptasi dengan album ini. Karena saya yakin selera semua fans Tejo, terlayani oleh album pertamanya. Tapi bagaimanapun, album ini justru menunjukkan ekspresi Sujiwo Tejo yang sebenarnya, hanya masalah waktu sampai fans sejatinya menyukai. Dan sebagai produk budaya, album ini berada pada level tersendiri yang layak diapresiasi. Untuk mendapat hidangan yang lezat, kadang kita harus belajar melepas ego dengan tidak mendikte seniman atas karyanya dan menerima suapan apa adanya.

No comments: